Tak Terkesan Dengan Pertumbuhan Ekonomi RI, Rupiah Jeblok 1%!

Trending 7 months ago

Petugas menghitung duit  dolar di tempat penukaran duit Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022) Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (6/2/2023). Rilis info pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap belum bisa mendongkrak keahlian rupiah.

Melansir info Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.050/US$, merosot lebih dari 1% di pasar spot.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 5.01% year-on-year (yoy) pada kuartal IV-2023. Realisasi tersebut tidak jauh berbeda dengan konsensus nan dihimpun CNBC Indonesia.

Dari 12 lembaga juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,03% year-on-year (yoy).

Sepanjang 2022, BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,31%. Adapun, pertumbuhan kali ini didorong oleh keahlian ekspor nan luar biasa sepanjang 2022.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengungkapkan bahwa pertumbuhan 5,31% merupakan pertumbuhan tertinggi sejak 2013.

"5,31% ini tertinggi sejak tahun 2013, dibandingkan secara nominal tahun 2022, ini lebih tinggi dari 2019," papar Margo dalam konvensi pers, Senin (6/2/2023).

Rilis info nan tidak jauh berbeda dengan ekspektasi pasar praktis tidak memberikan akibat besar ke rupiah. Sepanjang perdagangan, rupiah terus tertekan.

Tanda-tanda rupiah bakal terpuruk sudah terlihat sejak Jumat malam pekan lalu. Indeks dolar AS kala itu melesat setelah rilis info tenaga kerja.

Secara mengejutkan perekonomian Paman Sam bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 517 ribu orang sepanjang Januari, berasas info dari Departemen Tenaga Kerja AS. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi di atas survei Reuters sebanyak 185 ribu orang,

Kemudian, tingkat pengangguran nan diprediksi naik menjadi 3,6% malah turun menjadi 3,4%. Rata-rata bayaran per jam tetap tumbuh 4,4% year-on-year, lebih tinggi dari prediksi 4,3%.

Dalam kondisi normal pasar tenaga kerja nan kuat, tingkat pengangguran nan turun, serta rata-rata bayaran per jam nan naik cukup tinggi adalah berita baik. Tetapi dalam kondisi saat ini itu menjadi buletin buruk.

Pasar tenaga kerja nan kuat, begitu juga dengan rata-rata bayaran berisiko membikin inflasi semakin susah turun ke sasaran bank sentral AS (The Fed) sebesar 2%. Artinya ada akibat The Fed kembali bakal garang meningkatkan suku bunga, dan suku kembang tinggi ditahan lebih lama lagi.

Untuk diketahui, pasar saat ini memandang puncak suku kembang The Fed di kisaran 4,75% - 5%, artinya bakal naik 25 pedoman poin lagi dari level saat ini. Selain itu, The Fed juga diperkirakan bakal memangkas suku bunganya di akhir tahun nanti.

Tetapi, dengan rilis info pasar tenaga kerja nan tetap kuat, angan tersebut mulai terkikis.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Terkapar Lawan Dolar AS, Rupiah Dekati Level Rp 15.600/USD


(pap/pap)

Source cnbcindonesia.com
cnbcindonesia.com