Menteri Bahlil Harap Politik Identitas Hilang di Tahun Politik, Pengamat: Demi Jaga Iklim Investasi

Trending 7 months ago

Suara.com - Pengamat politik nan juga peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam mendukung seruan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia untuk menghilangkan politik identitas dalam corak cebong kampret pada tahun politik 2023 ini.

Pada tahun 2023 ini Bahlil mendapat amanah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencapai sasaran reaslisasi mencapai Rp. 1.400 triliun.

“Kita semua tahu stabilitas politik bakal berpengaruh terhadap stabilitas keamanan, stabilitas keamanan bakal berpengaruh terhadap suasana investasi. Jadi wajar saja jika kemudian stabilitas politik itu menjadi salah satu indikator, untuk stabilitas keamanan dan demi menjaga stabilitas investasi,” ujar Surokim.

Menurut Surokim tantangan tidak hanya datang dari dalam negeri, melainkan juga dari bumi internasional nan terancam mengalami resesi, sehingga menjadi tugas berbareng untuk menjaga suasana investasi tetap kondusif.

Baca Juga: Jokowi Semprot OJK, Nasabah Buat Laporan Tapi Tidak Diproses

“Dan memang tidak mungkin dalam suasana nan bentrok itu bakal kemudian memberikan trust kepada penanammodal untuk masuk. Jadi memang itu tugas berbareng tidak hanya negara tetapi juga masyarakat apalagi di 2023 ini kan sebenarnya kita tidak hanya menghadapi persaingan alias politik nasional tetapi juga kan pengaruh kesempatan resesi bumi juga cukup tinggi,” jelasnya.

Lanjut Surokim nan juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Madura (UTM) itu mengatakan Pilpres 2024 ini menjadi sangat komplek di tengah pilkada serentak dan baru saja transisi dari pandemi covid 19.

Oleh karenanya, dia mendorong untuk memitigasi munculnya kembali cebong kampret, para elit politik kudu menawarkan politik kebangsaaan, buahpikiran dan pendapat ke masyarakat nan tentunya jauh lebih positi untuk membangun peradaban Indonesia lebih baik.

“Semestinya partai politik kudu sadar bahwa tantangan nan dihadapi di pemilu 2024 itu jauh lebih kompleks lantaran kan masa transisi dari masa pandemi ini jadi mestinya ada konteks juga nan perlu diperhatikan agar kemudian politik dibangun lebih mengarah kepada politik kebangsaan, politik ide, politik pendapat di mana menurut pendapat saya itu jauh lebih positif untuk membangun peradaban politik kita nan lebih elegan,” ungkapnya.

Lebih lanjut Surokim menerangkan jika para elit alias politisi hanya mengejar politik pragmatis jangka pendek seperti sekedar perebutan kekuasaan semata maka bakal terjadi kegaduhan dan suasana bakal memanas. 

Baca Juga: SIG Bakal Genjot Investasi Pabrik Tuban Jawa Timur

“Tapi jika politik kelak bakal dibalut dan dibangun dengan narasi-narasi strategis nasional nan progresif nan dibangun atas dasar ide, pendapat baik itu berupa agenda politik strategis nasional maupun program prioritas nasional nan berbasis pada buahpikiran pendapat tadi insya Allah menurut pendapat saya jauh bakal lebih menjanjikan termasuk menghindari dari komoditas politik identitas tadi,” bebernya.

Selain itu, Surokim berambisi tidak hanya para elit, tetapi juga bagi masyarakat agar tahun politik ini menjadi pesta rakyat nan menggembirakan tidak malah mencekam nan akhirnya mengganggu stabilitas nasional dan merusak suasana investasi di Indonesia.

“Dan tentu nan terakhir kita berambisi tidak hanya elite tetapi juga masyarakat bisa mendorong agar menjadikan pemilu ini sebagai pemilu nan gembira, pemilu nan membahagiakan, tidak perlu kudu diikuti dengan emosi nan berlebih lantaran faktanya kita sudah acapkali pemilu dan saya percaya bahwa pilihan masyarakat Indonesia itu bakal menemukan pemimpin nan menurut saya memang sudah sehendak zamannya kita semua,” pungkas Surokim.

Sebelumnya, Bahlil mengatakan tahun pemilu bisa mengganggu stabilitas negara nan dampaknya bisa mengganggu masuknya investasi langsung ke dalam negeri. Apalagi jika terjadi pertikaian kelompok-kelompok nan semestinya bisa diminimalisir.

“Kampret-cebong itu jika boleh bukan menjadi komoditas investasi nan baik, itu rumor investasi nan bakal memperburuk kondisi bangsa kita,” ucap Bahlil.

Sebagai informasi, pada tahun politik 2019 muncul istilah kampret dan cebong nan masing-masing dianggap sebagai bagian dari pendukung salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Perdebatan antara kecebong dan kampret memperkeruh suasana dan terus bersambung meskipun pemilu sudah selesai.

Memasuki tahun politik sekarang ini, Bahlil pun cemas perdebatan tersebut bisa mempengaruhi kondisi stabilitas negara.

“Kalau bangsa ini tetap berantem tentang kampret, cebong, kardun alias sampai ayam tumbuh gigi pun sasaran investasi tidak bisa dicapai,” terang Bahlil.

Akibatnya penanammodal berpikir panjang untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

“Mana ada penanammodal nan mau masuk jika stabilitas politik ngaco,” ucap Bahlil nan juga mantan Ketua Umum HIPMI.

Maka dari itu, Bahlil meminta semua masyarakat bisa bersikap dewasa dalam menyambut acara politik 5 tahunan ini. Apalagi pesta kerakyatan berjalan saat kondisi Indonesia baru pulih dari akibat pandemi Covid-19.

“Kunci Indonesia keluar dari krisis dunia dengan kepemimpinan dan menjadi kompak dan kita enggak perlu WA-WA soal kampret dan cebong,” kata Bahlil.

Source suara.com
suara.com