Jakarta, CNBC Indonesia - Analisa terbaru mengenai aset kripto, tahun 2022 merupakan tahun terburuk bagi aset kripto. Mengutip kajian Chainalysis, peretasan aset mata uang digital tahun lampau mencapai US$ 3,8 miliar. Menurut laporan perusahaan perusahaan analitik blockchain, nomor tersebut naik dari sebelumnya US$ 3,3 miliar pada tahun 2021.
"Oktober mempunyai peretasan mata uang digital terbanyak dalam satu bulan dengan US$ 775,7 juta dicuri dalam 32 serangan terpisah, menurut penelitian tersebut," mengutip CNBC Internasional, Senin (6/2).
Protokol DeFi paling terpukul oleh peretasan mata duit kripto.
Protokol finansial terdesentralisasi, nan dikenal sebagai protokol DeFi, menyumbang sekitar 82%, alias US$ 3,1 miliar, dari semua mata uang digital nan dicuri oleh peretas pada tahun 2022.
Protokol DeFi berisi serangkaian kode nan menentukan gimana mata duit virtual dapat digunakan di jaringan blockchain. Dalam perihal ini adalah perjanjian pintar. Kontrak digital ini adalah teknologi dasar utama nan memungkinkan transaksi crypto dilakukan. Kontrak pandai beraksi sesuai dengan perintah "jika/maka"; jika X, maka jalankan Y.
Di dalam DeFi, perjanjian pandai adalah rangkaian petunjuk nan dapat dilihat secara publik nan memungkinkan pengguna untuk meminjam, meminjamkan, alias melakukan transaksi tanpa perantara. Setelah pengguna memenuhi syarat dan ketentuan perjanjian pintar, transaksi terjadi secara otomatis, mirip dengan mesin penjual otomatis.
Mayoritas biaya digital dicuri dari aplikasi cross-chain bridge. Perangkat lunak ini memungkinkan pengguna untuk mentransfer mata duit mata uang digital mereka di antara beragam blockchain.
Jembatan lintas rantai dapat menjadi sasaran nan menarik bagi peretas lantaran saat pengguna menyimpan koin digital mereka ke dalam perjanjian pandai untuk ditransfer ke blockchain lain, perjanjian pandai menjadi semacam penyimpanan terpusat.
"Jika jembatan menjadi cukup besar, kesalahan apa pun dalam kode perjanjian pandai nan mendasarinya alias titik lemah potensial lainnya nyaris pasti pada akhirnya bakal ditemukan dan dieksploitasi oleh tokoh jahat," kata Chainalysis dalam laporannya
Bagaimana penanammodal dapat melindungi mata uang digital mereka ?
Anda kudu betul-betul meneliti dan memeriksa perangkat lunak nan Anda gunakan untuk mentransfer alias menyimpan mata duit virtual Anda.
Salah satu pendiri dan pemimpin ekosistem pembayaran mata uang digital CoinsPaid, Max Krupyshev mengatakan, ada dompet virtual nan dapat menyimpan mata uang digital Anda dengan kondusif dan mengamankannya dari serangan online. Namun, krusial untuk terlebih dulu menentukan jenis dompet mana nan cocok untuk Anda.
"Komunitas DeFi umumnya tidak menuntut keamanan nan lebih baik, mereka mau menggunakan protokol dengan hasil tinggi. Tapi insentif itu menyebabkan masalah di jalan," Chief operating officer dari perusahaan keamanan siber blockchain Halborn, David Schwed.
Sebaliknya, developer DeFi bakal pandai meminjam strategi keamanan nan digunakan oleh lembaga finansial tradisional untuk melindungi platform mereka dengan lebih baik. Hal ini termasuk protokol pengetesan dengan simulasi serangan, memantau dengan jeli blockchain untuk aktivitas mencurigakan, dan membangun proses nan bakal menghentikan transaksi jika aktivitas mencurigakan terdeteksi.
"Protokol DeFi bakal sangat diuntungkan dengan mengangkat keamanan nan lebih baik agar ekosistem tumbuh, berkembang, dan akhirnya menembus arus utama," kata laporan Chainalysis.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Terungkap, Orang Indonesia Lebih Suka Kripto Dibanding Saham
(rob/ayh)