Insentif Gas Murah Tingkatkan Produksi dan Efisiensi Industri Pupuk Nasional

Trending 7 months ago

Suara.com - Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), Achmad Tossin Sutawikara, menyebut bahwa penerapan nilai gas bumi tertentu (HGBT) sebesar US$ 6 per juta Britis thermal unit (mmbtu) mempunyai akibat positif pada keahlian produsen pupuk. Menurutnya, produksi pupuk nasional konsisten meningkat apalagi di tengah akibat pandemi Covid-19.

“Produksi kami naik sejak tahun 2017, sampai sekarang. Peningkatannya cukup signifikan.” jelas Tossin.

Lebih lanjut Tossin juga menyebut bahwa penerapan HGBT alias penyaluran gas murah, khususnya kepada industri pupuk, sejak tahun 2020 relatif melangkah lancar kepada lima personil APPI. Diantaranya Pupuk Kaltim, Petrokimia Gresik, Pupuk Kujang, Pupuk Iskandar Muda, dan Pupuk Sriwidjadja. 

Walaupun sesekali mengalami penurunan tekanan gas di waktu tertentu, namun tidak berakibat signifikan pada proses produksi pupuk secara keseluruhan.

Baca Juga: Petrokimia Gagal Raih Poin di Kandang, Takluk 1-3 dari Bandung Bank BJB

“Misal ke Petrokimia tekanan gasnya turun, tapi kemudian normal kembali. Artinya, HGBT sangat membantu capaian produksi,” kata Tossin. 

Senada, Direktur Portofolio & Pengembangan Usaha PT Pupuk Indonesia (Persero) Jamsaton Nababan menyebut kebijakan gas murah alias HGBT juga sukses meningkatkan efisiensi industri pupuk. Menurutnya, produksi pupuk dan non-pupuk di lingkungan Pupuk Indonesia grup naik dalam dua tahun terakhir.

“Sebelum dapat insentif gas murah produksi kami sekitar 18,91 juta ton pada 2019. Setelah dapat insentif, produksi naik sekitar 600 ribu ton menjadi 19,51 juta ton pada tahun 2021,” kata Jamsaton.

Peningkatan produksi tersebut, lanjutnya, merupakan hasil dari efisiensi nan dilakukan pada pabrik eksisting. Efisiensi dilakukan dengan mengganti pabrik tua nan royal dalam konsumsi gas dengan pabrik baru nan lebih efisien dalam konsumsi gas. Sehingga dengan volume konsumsi gas nan sama pabrik dapat mempunyai keahlian produksi nan lebih banyak.

Selain efisiensi terhadap pabrik eksisting, Pupuk Indonesia juga bakal menambah kapabilitas dengan pengoperasian pabrik baru. Dalam waktu dekat, Pupuk Indonesia bakal meresmikan pabrik pupuk NPK PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) di Lhokseumawe, Aceh, dengan kapabilitas produksi 500 ribu ton per tahun. 

Baca Juga: PLN Mobile Proliga 2023, Tambahan Satu Pemain Asing Bikin Tim Putri Jakarta BIN Sukses Taklukan Gresik Petrokimia Pupuk 3-1

Selain itu, juga proyek pabrik pupuk Pusri 3B dengan kapabilitas produksi pupuk urea 907.500 ton per tahun. Pabrik ini bakal menggantikan pabrik pupuk Pusri 3 dan 4 nan sudah kurang efisien konsumsi gasnya. Saat ini, proyek Pusri 3B tetap dalam tahan pertimbangan biding arsip peserta tender dan diharapkan selesai pada pertengahan tahun 2023.

Kemudian ada juga rencana pengembangan area industri pupuk di Kabupaten Fakfak, Papua Barat, nan merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan kapabilitas produksi pupuk urea sebesar 1,15 juta ton. Proyek ini sekaligus dapat menjadi proyek grass root dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di Papua. 

“Jadi hitungan kita jika sekarang kapabilitas produksi kita 13,97 juta ton, maka pada tahun 2030 setelah proyek tadi selesai bakal menjadi 16,87 juta ton, alias naik sekitar 3 juta ton,” ungkap Jamsaton. 

Adapun mengenai nilai pupuk nan mahal, Jamsaton menyebut bahwa perihal tersebut merupakan akibat perang Rusia-Ukraina. Karena Rusia merupakan produsen dan pemasok bahan baku pupuk dunia. 

“Gara-gara perang semua bahan baku diembargo, termasuk fosfat dan potassium. Jadi bukan hanya soal harga, tapi bahan bakunya nan tidak ada di pasar,” jelas Jamsaton.

Source suara.com
suara.com