Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bicara mengenai nilai saham nan berflutuasi tajam alias pergerakannya naik turun secara signifikan. Hal itu juga dicemaskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) nan sangat was was dengan skandal nan menimpa Gautam Adani. Dirinya tak mau skandal nan tengah menghebohkan bumi itu terjadi di pasar finansial Indonesia.
Sehingga, Jokowi mengingatkan kepada OJK agar memberikan perlindungan nan ketat terhadap penanammodal saham di Indonesia. Ia tak mau saham gorengan membikin penanammodal rugi besar seperti kejadian di India.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi merespon, mengenai pergerakan saham secara signifikan mempunyai parametermya sendiri. Hal itu masuk dalam karegori Unisual Market Activity (UMA).
"Soal saham gorengan, tentunya saham nan mengalami kenaikan dan penurunan unusual itu kan ada parameternya sendiri. misalnya, UMA. itu nan kita punya," ujarnya di Jakarta, Senin (6/2).
OJK mengaku, hingga saat ini emiten dengan pergerakan saham kategori UMA pun kerap terjadi. Namun, Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung melakukan tindakan suspensi alias menghentikan perdagangan sementara.
"Apa nan kita lakukan? kita integrasikan. Misalnya, untuk pasar negosiasi. lantaran sesuatu nan terjadi di BEI itu tidak lepas di pasar negosiasi," pungksnya.
Seperti diketahui, pasar finansial bumi tengah dihebohkan oleh tudingan skandal penipuan nan dilakukan oleh konglomerat asal India, Gautam Adani. Ia merupakan pemilik Adani Group nan bergerak di bagian tambang, pelabuhan dan pembangkit listrik.
Akan tetapi, laporan riset dari Hindenburg Research. Lembaga itu menyebut ada penyimpangan nan dilakukan figur asal India itu sehingga kekayaannya melejit.
Menurut Hindenburg, Adani Group sebelumnya telah menjadi konsentrasi dari 4 investigasi penipuan besar pemerintah nan diduga melakukan pencucian uang, pencurian biaya pembayar pajak, dan korupsi, dengan total sekitar US$ 17 miliar alias setara Rp 252 triliun.
Laporan tersebut membikin nilai saham di bawah Adani Group berguguran. Sehingga, Gautam Adani kehilangan kekayaannya setara sekitar Rp 1.650 triliun.
Jokowi meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memeriksa secara detil kondisi makro dan mikro. Sehingga, apa nan terjadi di Indonesia tak sampai ke sini.
"India makro-nya maju, tapi mikronya ada masalah. Adani kehilangan US$ 120 miliar, jika dirupiahkan Rp 1.800 triliun," tutur Jokowi, Senin (6/2/2023).
"Hati-hati mengenai ini, jangan sampai ada nan lolos seperti itu, lantaran (Rp 1.800 triliun) itu gorengan, hasilnya seperempat PDB India hilang," sambung Jokowi.
Akibat satu perusahaan, kata Jokowi, capital outflow keluar, rupee jatuh.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Duh! Ada Kabar Buruk Apa Lagi Dari OJK?
(rob/ayh)