Disebut Jokowi, Skandal Adani Seret Nama Besar di Wall Street

Trending 7 months ago

Jakarta, CNBC Indonesia - Skandal nan menimpa salah satu orang terkaya dunia, Gautam Adani, rupanya juga menyeret nama-nama besar di Wall Street. Ini mengenai dengan kepemilikan saham perusahaan-perusahaan besar bumi di perusahaan miliknya.

Di antaranya Vanguard, nan mempunyai 0,75% saham. Lalu BlackRock Fund Advisors memegang 0,57% dan BlackRock Advisors (U.K.) Ltd mempunyai 0,17% saham. 

Sayangnya belum ada nan berkomentar. Padahal Adani kini jadi pusat perhatian dan skandalnya ditakutkan membikin krisis India.

Sebelumnya, skandal nan melibatkan Adani diungkapkan oleh sebuah laporan riset dari Hindenburg Research. Lembaga itu menyebut ada penyimpangan nan dilakukan figur asal India itu sehingga kekayaannya melejit.

Menurut Hindenburg, Adani Group sebelumnya telah menjadi konsentrasi dari empat investigasi penipuan besar pemerintah. Mulai dari pencucian uang, pencurian biaya pembayar pajak, dan korupsi, dengan total sekitar US$ 17 miliar alias setara Rp 252 triliun.

"Anggota family Adani diduga bekerja sama untuk membikin entitas cangkang lepas pantai di yurisdiksi suaka pajak seperti Mauritius, Uni Emirat Arab (UEA), dan Kepulauan Karibia, menghasilkan pengarsipan impor/ekspor tiruan dalam upaya nyata untuk menghasilkan omset tiruan alias tidak sah dan untuk menyedot duit dari perusahaan nan terdaftar," tulis arsip itu.

Akibat dari perihal ini, saham-saham perusahaannya mengalami penurunan nilai saham nan besar. Kerugian di seluruh upaya utama Gautam Adani mencapai US$ 107 miliar alias setara Rp 1.605 triliun (kurs Rp 15.000) pada Kamis pekan lalu.

Adani pun memberikan sanggahannya. Dalam pernyataan setebal 413 laman nan diterima CNBC, laki-laki asal India itu mengungkapkan bahwa tudingan dari Hindenburg itu merupakan sesuatu nan tidak tepat.

"Dokumen tersebut merupakan kombinasi jahat dari kesalahan info selektif dan kebenaran tersembunyi nan berangkaian dengan tuduhan tak berdasar dan mendiskreditkan untuk mendorong motif tersembunyi," tulis Adani dalam sanggahan tersebut.

"Ini penuh dengan bentrok kepentingan dan dimaksudkan hanya untuk menciptakan pasar tiruan dalam sekuritas untuk mengaktifkan Hindenburg, nan berpikir pendek."

Menurutnya, laporan Hindenburg itu bukan hanya merupakan sebuah serangan kepadanya. Namun juga sebuah serbuan bagi India, utamanya di lembaga dan otoritas keuangan, nan dapat menghalang kemajuan Negeri Bollywood itu.

"Ada tiga tema kunci dari Laporan Hindenburg. Pertama, pemaparan nan selektif dan manipulatif atas hal-hal nan sudah menjadi ranah publik untuk membikin narasi palsu," tuturnya.

"Kedua, sama sekali tidak mengetahui alias sengaja mengabaikan standar norma dan akuntansi nan bertindak serta praktik industri," tegasnya. "Ketiga, penghinaan terhadap lembaga India termasuk regulator dan peradilan," tambahnya.


[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Erick Thohir Bertemu Orang Terkaya Nomor 3 Dunia, Ada Apa?


(sef/sef)

Source cnbcindonesia.com
cnbcindonesia.com