Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup melemah pada perdagangan Senin (6/2/2023) awal pekan ini, di tengah tetap kuatnya info tenaga kerja di Amerika Serikat (AS).
Hanya indeks Nikkei 225 Jepang dan Straits Times Singapura nan ditutup di area hijau pada hari ini. Indeks Nikkei ditutup menguat 0,67% ke 27.693,699 dan Straits Times Singapura naik tipis 0,05% ke 3.385,93.
Sedangkan sisanya ditutup di area merah. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup ambruk 2,02% ke 21.222,16, Shanghai Composite China melemah 0,76% ke 3.238,7, Straits Times Singapura, ASX 200 Australia turun 0,14% ke 7.547,4, KOSPI Korea Selatan ambles 1,7% ke 2.438,19, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,55% menjadi 6.873,79.
Dari Australia, penjualan ritel periode Desember 2022 turun menjadi -3,9%, dari sebelumnya pada periode November 2022 sebesar 1,7%, berasas info nan disesuaikan secara musiman oleh Biro Statistik Australia (ABS).
Penurunan tersebut juga lebih rendah dari prediksi pasar dalam polling Reuters nan memperkirakan penjualan ritel Negeri Kanguru hanya bakal tumbuh -0,6% pada akhir tahun lalu.
Di lain sisi, pelaku pasar di Asia-Pasifik, terutama di India mencerna dugaan penipuan nan dilakukan oleh konglomerat asal India, Gautam Adani. Ia merupakan pemilik Adani Group nan bergerak di bagian tambang, pelabuhan dan pembangkit listrik.
Indeks Miliarder Bloomberg menunjukkan kekayaan bersih Gautam Adani per Jumat lampau sudah turun lebih dari 51,1%, alias US$ 61,6 miliar pada awal tahun ini.
Alhasil, indeks Nifty 50 di India melemah 0,62% dan S&P Sensex terkoreksi 0,67%, lantaran sebagian besar saham Adani Group ambles setelah adanya dugaan penipuan tersebut.
Pasar di Asia-Pasifik juga mencerna info tenaga kerja AS nan tetap cukup kuat pada Januari 2023, menandakan bahwa kenaikan suku kembang bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tetap berkesempatan terjadi dan mereka juga bakal menahannya dalam waktu nan lebih lama.
Secara mengejutkan, perekonomian Negeri Paman Sam bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 517 ribu orang sepanjang Januari 2023, berasas info dari Departemen Tenaga Kerja AS. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi di atas survei Reuters sebanyak 185 ribu orang.
Kemudian, tingkat pengangguran nan diprediksi naik menjadi 3,6%, malah turun menjadi 3,4%. Rata-rata bayaran per jam tetap tumbuh 4,4% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari prediksi 4,3%.
Pasar tenaga kerja nan kuat, begitu juga dengan rata-rata bayaran berisiko membikin inflasi semakin susah untuk turun ke sasaran The Fed sebesar 2%.
Artinya, ada akibat The Fed kembali bakal garang meningkatkan suku kembang dan suku kembang tinggi ditahan lebih lama lagi.
Analis dari JPMorgan, Mike Bell, sudah memberikan prediksi tersebut. Jika The Fed bertindak di luar eksepektasi pasar, maka Wall Street dan obligasi AS (US Treasury) bakal kembali rontok.
Untuk diketahui, pasar saat ini memprediksi puncak suku kembang The Fed berada di kisaran 4,75% - 5%, artinya bakal ada kenaikan satu kali lagi sebesar 25 pedoman poin pada bulan Maret.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih... Bursa Asia Loyo Lagi
(chd/chd)